Aroma Kemangi dalam Soto Kemasan
- Lakunyah
- Apr 11, 2020
- 2 min read

Segar kuah soto selalu menjadi highlight di menu makanan khas Indonesia ini. Racikan kuah tiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri, demikian pula dengan isian tiap soto. Bila suwiran daging ayam maupun potongan daging sapi menjadi isian populer semangkuk soto, berbeda dengan soto khas kemasan dari Kotagede, Jogja. Dalam satu porsi mangkok soto ini kalian akan mendapati nasi, tauge, daun kemangi dan isiannya berupa potongan tahu bacem yang disiram kuah soto basis kaldu sapi. Pantas saja soto ini mendapat predikat “soto kere” karena isiannya yang sederhana. Walaupun ada banyak condiment seperti daging atau jeroan sapi yang bisa dipesan terpisah, namun dasar semangkuk soto ini jelas berbasis tumbuhan.
Mengingat kembali asal usul soto Kemasan berawal dari Pak Wongso Soetomo yang memulai berjualan di daerah Kemasan (selatan Masjid Kotagede). Dimana dahulu daerah tersebut banyak pengrajin emas, sehingga disebut daerah Kemasan. Namun bercermin dari produk yang dijajakan (soto dengan isian tahu dan kemangi), malah menimbulkan anggapan bahwa para pengrajin emas kala itu suka dengan makanan berbasis tumbuhan. Ada pula anggapan, walaupun mayoritas pekerja mengerjakan logam mulia, upah yang didapatkan hanya cukup dijajakan untuk makan makanan sederhana. Bisa jadi mereka kena dampak dari konspirasi dagang pada jamannya, siapa yang tahu kan?
Usut punya usut bagi warga Jogja tahu bacem (gula jawa) dan kemangi merupakan bahan-bahan yang sangat mudah didapatkan dan diramu. Selain mengolah bahan yang melimpah dan dekat dengan keseharian, warga Kemasan jelas tidak mau dibilang kere alias tidak berduit. Terutama Pak Wongso, pionir soto Kemasan jelas sadar betul bahwa bahan lokal mudah didapat jelas lebih murah dan tentu sehatnya. Pemikiran dan ramuan soto Pak Wongso ini tak bisa disebelah matakan, melihat kini tren makanan berbasis tumbuhan malah digandrungi banyak orang. Juga dikampanyekan terus menerus mengingat pemanasan global menyebabkan perubahan iklim salah satu sebabnya karena konsumsi daging yang berlebihan menyebabkan efek gas rumah kaca. Sebaik-baiknya turut berbangga, bisa menyajikan menu Nusantara dengan memberikan opsi bagi konsumen vegetarian tapi juga bisa dinikmati konsumen lainnya.
Bisa jadi inspirasi bikin soto sendiri nih. Mungkin bisa lebih tematik kalau kuah soto diganti dengan kaldu sayur lho? Siapa mau coba?
Referensi:
Comments